Dari mana Kita Memaknai Kemerdekaan Negara Kita?

Foto Ernita Desyanti
×

Dari mana Kita Memaknai Kemerdekaan Negara Kita?

Bagikan opini
Ilustrasi Dari mana Kita Memaknai Kemerdekaan Negara Kita?

Setiap tanggal 17 Agustus, langit Indonesia dipenuhi warna-warni bendera merah putih. Anak-anak ikut lomba, orang dewasa mengenakan batik atau seragam khas kemerdekaan. Semua bersatu dalam semangat “Dirgahayu Republik Indonesia”. Tapi setelah semua perayaan itu usai, mari kita bertanya dengan jujur: apa makna kemerdekaan sebenarnya bagi kita hari ini? Dari mana kita bisa benar-benar memaknai kemerdekaan Indonesia?

Pertanyaan ini lebih dari sekadar retorika. Ia adalah panggilan untuk refleksi, untuk menyelami nilai-nilai terdalam dari sebuah bangsa yang merdeka. Karena kemerdekaan bukan sekadar momen bersejarah. Ia adalah proses panjang, perjuangan yang belum selesai, dan amanah yang harus terus dijaga oleh setiap generasi.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”

Kemerdekaan Indonesia tidak muncul dari kekosongan. Ia tumbuh dari akar perjuangan panjang yang melibatkan ratusan ribu jiwa, ribuan pertempuran, dan puluhan tahun penindasan. Penjajahan bukan hanya soal wilayah yang direbut, tapi juga identitas yang dihancurkan, martabat yang diinjak, dan suara yang dibungkam.

Di dalam Pembukaan UUD 1945, terdapat kalimat yang sangat kuat dan penuh makna: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…” Ini adalah deklarasi ideologis bahwa Indonesia berdiri tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk mendukung kemerdekaan dan kemanusiaan secara universal.

Di tengah perkembangan zaman, kita sering melihat kemerdekaan hanya dari kacamata simbolik: perayaan, lomba, atau slogan. Padahal, kemerdekaan sejati adalah kondisi hidup yang menjamin kesejahteraan, keadilan, dan kesetaraan bagi seluruh rakyat. Jika masih banyak warga yang belum menikmati hak dasar mereka, maka perjuangan kita belum selesai.

Kita hidup di zaman yang sangat berbeda dari para pendiri bangsa. Di era digital saat ini, bentuk penjajahan telah berubah wujud: bukan lagi penjajahan fisik, tetapi penjajahan informasi, ekonomi digital, dan budaya. Generasi muda harus dibekali dengan kecerdasan literasi digital dan kesadaran identitas nasional yang kuat agar tidak hanyut oleh arus globalisasi yang membutakan.

Kemerdekaan bukanlah sesuatu yang pasif untuk dirayakan, melainkan sesuatu yang aktif untuk diperjuangkan dan diisi. Seorang guru yang dengan tulus mendidik di daerah terpencil, petani yang menanam untuk ketahanan pangan, atau anak muda yang berinovasi demi bangsa, semuanya adalah pejuang kemerdekaan masa kini.

Bagikan

Opini lainnya
Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H
Terkini
Hari Bhayangkara Ke - 79 Tahun 2025