Lebih lanjut Safni Sikumbang memberikan contoh lain, yaitu tentang pengelolaan parkir kendaraan roda dua. Di pasar induk Kota Payakumbuh, dari seribu kendaraan roda dua yang parkir di pasar Payakumbuh, 80 porsen merupakamn kendaraan dari warga kabupaten Limapuluh kota yang berbelanja ke kota payakumbuh.
"Tentu kita telah dapat memproyeksikan berapa milyar uang parkir yang di stor ke Kota Payakumbuh dalam sebulan atau setahun." kata calon Bupati yang gunakan tagar Limapuluh Kota bangkit ini.
Karena kabupaten ini tidak punya pasar induk, masyarakat Kabupaten Limapuluh kota kebutuhannya masih tergantung pada pasar Payakumbuh. Akibatnya uang dari kabupaten Limapuluh kota mengalir setiap waktu ke luar kabupaten
Jika pengelolaan pasar pasar di kabupaten ini dimaksimalkan, otomatis uang itu akan berputar dalam kabupaten ini sendiri. Dan itu pasti menguntungkan daerah.' kata calon bupati dari kualisi 7 partai ini ( Partai pengusung PKS, Hanura dan PDI-P ditambah partai pendukung yaitu Partai Umat, PBB, Partai Buruh, dan Partai Garuda)
Atas dasar pemikiran itulah saya katakan. Bagi saya uang seribu dua ribu rupiah itu sangat besar nilainya. Bila kesatuannya diproyeksikan dengan skala satu kabupaten" jelas pengusaha sukses ini yakin..
Mencermati penjelasan Safni tentang sebagian pokok pemikirannya, Irfendi Arbi, yang semula menyangsikan kapasitas dan kapabilitas Safni, serta merta berubah total.Irfendi malah turut berharap , semoga niat tulus Safni Sikumbang dan wakilnya Ahlul Badrito Resha SH (Sakato) dan kita bersama dikabulkan Allah demi Limapuluh kota yang kita cintai ini.
Memang Pemimpin yang memiliki pemikiran cemerlang dan telah teruji seperti Safni Sikumbang dan Rito (Sakato) inilah yang dibutuhkan Kabupaten Limapuluh-kota, dewasa ini ." demikian pengakuan jujur Mantan Bupati Limapuluh kota .
Perbincangan hangat antara Irfendi dan Safni Sikumbang juga dihadiri pemuka masyarakat dari beberapa kecamatan Seperti Desembri Chaniago, Syekh Mulia di Ketinggian, Yul Satria, Desniwati dan tim relawan Safni Sikumbang yang lainnya.
Editor : Ahmad Anastiar Jefri